KOMPARATIF PENDAPATAN PETANI ANGGOTA DAN NON ANGGOTA UNIT PENGELOLAAN DAN PEMASARAN BOKAR (UPPB) JAYA BERSAMA DI DESA BIYUKU KECAMATAN SUAK TAPEH KABUPATEN BANYUASIN
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan dan pemasaran bokar serta pendapatan antara anggota dan non anggota Unit Pengolahan Dan Pemasaran Bokar (UPPB) Jaya Bersama di Desa Biyuku Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin. Penelitian ini dilakukan secara purposive dengan membagi dua kelompok sampel. Adapun jumlah petani karet di Desa Biyuku adalah 204 orang, terdiri atas 114 orang anggota petani karet UPPB Jaya Bersama dan non anggota 90 orang. Masing-masing sampel akan diambil sebanyak 30 responden secara acak (Simple Random Sampling), karena populasi yang seragam pada masing-masing kelompok.Hasil penelitian menunjukkan Proses pengolahan bokar yang di lakukan baik non anggota dan anggota UPPB Jaya Bersama masih sederhana perbedaan pengolahan yakni pada onfarm anggota menggunakan pupuk, kondisi kebun lebih terawat dan pada saat pengolahan hasil yaitu terdapat perbedaan zat pembeku, pembekuan bokar petani non anggota mengunakan asam semut (HCOOH) sedangkan anggota menggunakan asam cuka atau asam asetat (CH3COOH). Pendapatan petani karet anggota UPPB sebesar Rp. 2.870.160,00 dan pendapatan Non Anggota sebesar Rp. 1.141.700,00. Perbedaan pendapatan anggota UPBB ini lebih tinggi dikarenakan produktivitas karet yang lebih tinggi dan harga jual yang tinggi karena perbedaan kualitas mutu bokar dan rantai pemasaran yang lebih pendek dengan sistem lelang.
Full Text:
PDFReferences
Adril, R.A. 2013. Analisis Pola Pemasaran dan Struktur Pasar serta Transmisi Harga Bahan Olahan Karet di Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan. Skripsi pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya.
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia 2014-2016 :Perkembangan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Karet Indonesia. www.bps.go.id. Diakses April 2017
Burhansyah, R dan Azri.2008. Model Pengembangan Agribisnis Karet Di Kabupaten Sekadau. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati (Life Sciences).20 (2): 209-218.
Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun). 2012. Perkebunan Karet. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Goenadi, D.H., M. Supriadi Wibawa, M. Sarjono. Dan P.U. Hadi. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet. Edisi kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Nazir.Moh., 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 53/M-Dag/Per/10/2009 /Tentang Pengawasan Mutu Olahan Karet Komoditi Ekspor.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 83/Permentan/Ot.140/8/2008 /Tentang Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olahan Karet (Bokar).
Siregar, H. 2011. Analisis Pengembangan Potensi Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Mandailing NatalProvinsi Sumatera Utara. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Vachlepi, A, Suwardin, D. Purbaya, M. 2015. Karakterisasi Kondisi Penggumpalan Mutu Karet yang digumpalkan dengan Koagulan Deorub Formula Baru. Jurnal Penelitian Karet. 33 (2) : 175 – 182 Balai Penelitian Sembawa. Pusat Penelitian , G. Karet.
DOI: http://dx.doi.org/10.36767%2Ftriagro.v3i1.558
Refbacks
- There are currently no refbacks.